Gerakan Shalat Berjamaah Ahad Pagi di Perumahan GWK
Ahad, Pagi Penuh Berkah bersama Ustadz H. Basuni
Pagi ini, Ahad yang cerah dan penuh berkah, warga Perumahan GWK kembali melaksanakan Gerakan Shalat Berjamaah. Kegiatan ini diawali dengan shalat Subuh berjamaah yang kemudian dilanjutkan dengan kajian bersama Ustadz H. Basuni.
Dalam tausiyahnya yang hangat dan menginspirasi, beliau menyampaikan beberapa poin penting yang berkaitan dengan kondisi dan waktu-waktu istimewa yang sedang dan akan kita hadapi:
1. Memasuki Bulan Besar – Penuh Undangan Pernikahan
Ustadz Basuni mengingatkan bahwa kita tengah memasuki bulan-bulan besar dalam kalender Hijriyah. Biasanya, pada waktu ini banyak undangan pernikahan yang kita terima. Ini menjadi tanda bahwa momen-momen sakral dan bahagia sedang menghiasi kehidupan sosial masyarakat.
2. Menjelang Dzulhijjah – Musim Haji dan Qurban
Kita juga mulai mendekati bulan Dzulhijjah, salah satu bulan mulia dalam Islam. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya saudara-saudara kita yang diberangkatkan menunaikan ibadah haji. Ada yang memulai perjalanannya ke Madinah terlebih dahulu, ada pula yang langsung menuju Makkah.
Momen istimewa lainnya adalah Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Qurban. Sebuah momentum besar untuk memperkuat keimanan, kepedulian sosial, serta semangat berkorban.
3. Perbedaan Penetapan Idul Adha
Dalam ceramahnya, Ustadz Basuni juga menyinggung tentang perbedaan penetapan hari Idul Adha. Muhammadiyah telah menetapkan bahwa Idul Adha jatuh pada tanggal 6 Juni 2025, sedangkan pemerintah masih menunggu hasil sidang isbat. Perbedaan ini hendaknya disikapi dengan bijak, saling menghormati, dan menjaga ukhuwah.
4. Tafsir Surat Al-Kautsar – Hikmah di Balik Qurban
Ustadz Basuni mengupas kandungan makna dan tafsir dari Surat Al-Kautsar. Beliau menjelaskan latar belakang turunnya surat ini (asbabun nuzul), serta hikmah yang terkandung di dalamnya.
Surat Al-Kautsar merupakan surat ke-108 dalam Al-Qur’an, terdiri dari 3 ayat, dan diturunkan di Makkah. Surat ini berisi tentang anugerah besar yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu “al-kautsar”, yang memiliki banyak tafsir – di antaranya adalah sungai di surga, keberkahan, keturunan, dan kemuliaan lainnya.
Teks Arab dan Terjemah:
Inna a‘ṭaināka al-kautsar
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak (al-Kautsar).
Faṣalli li rabbika wanḥar
Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah.
Inna shāni’aka huwa al-abtar
Sesungguhnya orang yang membenci kamu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).
Asbabun Nuzul (Sebab Turunnya):
Surat ini diturunkan sebagai penghibur dan penguat hati Rasulullah SAW setelah mendapat ejekan dan hinaan dari kaum musyrikin, terutama setelah wafatnya anak laki-laki beliau. Mereka mencemooh beliau dengan sebutan "abtar", artinya terputus keturunannya. Maka Allah menurunkan surat ini sebagai jawaban bahwa justru Nabi Muhammadlah yang mendapatkan nikmat terbesar dan musuh-musuhnyalah yang akan terputus dari segala kebaikan.
Tafsir Ayat per Ayat:
Ayat 1: "Innā a‘ṭaināka al-kautsar"
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu al-Kautsar."
Al-Kautsar berasal dari kata “katsīr” (banyak). Para ulama menafsirkannya sebagai:
-
Sebuah sungai di surga (dalam hadis sahih riwayat Imam Muslim, Nabi bersabda: “Al-Kautsar adalah sungai yang diberikan kepadaku oleh Rabbku di surga.”)
-
Nikmat yang banyak dan melimpah: kenabian, Al-Qur’an, umat yang banyak, dan nama baik yang abadi.
-
Keturunan yang banyak dari Fatimah r.a. – meskipun putra Nabi wafat di masa kecil, keturunannya terus berlanjut dari jalur Fatimah.
Ayat 2: "Faṣalli li rabbika wanḥar"
"Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah."
Sebagai bentuk syukur atas nikmat besar tadi, Allah memerintahkan Nabi untuk:
-
Mendirikan salat, sebagai bentuk kepatuhan total kepada Allah.
-
Menyembelih hewan qurban sebagai simbol keikhlasan dan pengorbanan. Ini juga menjadi dasar disyariatkannya qurban dalam Islam, khususnya pada Idul Adha.
Ayat 3: "Inna shāni’aka huwa al-abtar"
"Sesungguhnya orang yang membenci kamu, dialah yang terputus."
Allah menegaskan bahwa orang-orang yang membenci Rasulullah-lah yang akan:
-
Terputus dari keturunan yang baik.
-
Terputus dari rahmat Allah.
-
Terputus dari sejarah, tak dikenal, dan tak dikenang kebaikannya.
Ayat ini menjadi balasan atas ejekan musuh-musuh Islam, sekaligus penegasan bahwa kehormatan sejati tidak terletak pada harta atau keturunan duniawi, tetapi pada kedekatan dengan Allah.
Hikmah dari Surat Al-Kautsar:
-
Syukur atas nikmat Allah harus diiringi dengan ibadah, bukan hanya ucapan.
-
Qurban adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat mulia, bagian dari syiar Islam.
-
Allah membela kehormatan Rasul-Nya dan mengangkat derajat orang-orang yang sabar dalam menghadapi ujian.
-
Musuh-musuh kebenaran mungkin berkuasa sesaat, tapi akan dilupakan sejarah.
-
Walau singkat, surat ini memiliki kedalaman makna luar biasa tentang nikmat, ibadah, dan perjuangan menghadapi ejekan serta ujian.
Penutup Kajian
Menjelang akhir kajian, Ustadz Basuni menyampaikan nasihat penutup yang sangat menyentuh hati. Beliau berdoa dan berpesan:
"Semoga Allah senantiasa menguatkan shalat kita. Kita jadikan shalat sebagai prioritas utama dalam hidup, bukan sebagai cadangan waktu di tengah kesibukan. Bahkan dalam keadaan sakit sekalipun, jangan tinggalkan shalat. Karena shalat adalah sumber kekuatan, penyejuk jiwa, dan penghubung kita dengan Allah."
Beliau mengingatkan bahwa shalat adalah tiang agama. Maka siapa yang menegakkannya, ia sedang menjaga bangunan keislamannya. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang melalaikan shalat, apalagi menundanya dengan alasan duniawi.
Bahkan dalam kondisi tubuh yang lemah atau sakit, Islam masih memberi keringanan untuk tetap menunaikan shalat sesuai kemampuan — duduk, berbaring, atau dengan isyarat sekalipun. Ini menunjukkan betapa shalat adalah kewajiban yang tidak boleh diremehkan.
Posting Komentar untuk "Gerakan Shalat Berjamaah Ahad Pagi di Perumahan GWK : Tafsir Surat Al-Kaustar"