Isi Itu Penting, Tapi Cover Juga Penting

Baru-baru ini, saya mendapat sebuah buku yang sangat menarik. Buku ini berjudul Menggali Spiritualitas Ramadhan, sebuah syarah renungan dari Rektor IAIN Tulungagung (sekarang UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung). Buku ini ditulis oleh Prof. Abad Badruzzaman dan diberikan kepada saya oleh Prof. Ngainun Naim dari UNISATU Tulungagung.

Saat mulai membaca buku ini, saya menemukan satu bagian di pengantarnya yang sangat menarik dan menggelitik pemikiran saya. Dalam pengantar tersebut tertulis:

Konon, tulisan-tulisan di jurnal-jurnal ilmiah yang bereputasi, yang sudah pasti ditempa melalui hasil kajian dan riset yang panjang, rata-rata hanya dibaca oleh tiga orang saja: penulisnya, reviewernya, dan editornya. Selebihnya, tulisan-tulisan ilmiah tersebut hanya memadati—untuk tidak menyebutnya menjadi 'sampah' dunia mayapada—karena memang masyarakat modern tidak meminatinya.

Pernyataan ini cukup mengena. Betapa banyak hasil penelitian yang luar biasa, yang telah melalui proses panjang dan melelahkan, tetapi pada akhirnya hanya menjadi bacaan terbatas bagi segelintir orang. Jika dipikirkan lebih dalam, hal ini menyiratkan sebuah pesan penting: sesuatu yang bagus tidak cukup hanya dengan sekadar bagus; ia harus dikemas dengan menarik agar diminati oleh banyak orang.

Dari Riset ke Karya yang Dinikmati

Ilmu pengetahuan memang berharga, tetapi tantangan besar di era modern ini adalah bagaimana menyajikannya dengan cara yang lebih menarik dan lebih mudah diakses. Masyarakat umumnya enggan membaca tulisan akademik yang kaku dan penuh istilah teknis. Oleh karena itu, tugas kita sebagai akademisi, penulis, atau siapa pun yang peduli terhadap penyebaran ilmu adalah mencari cara untuk mengemasnya agar lebih menggugah minat pembaca.

Salah satu solusinya adalah dengan menuliskan hasil riset dalam bentuk buku, artikel populer, atau bahkan konten digital yang lebih ringan dan mudah dicerna. Dengan demikian, ilmu yang telah digali melalui penelitian tidak hanya berhenti di ruang akademik tetapi juga sampai ke masyarakat luas dan memberi manfaat yang lebih besar.

Menghidupkan Ilmu dalam Bulan Ramadhan

Kembali ke buku Menggali Spiritualitas Ramadhan, buku ini adalah contoh nyata bagaimana renungan seorang akademisi dapat dikemas dalam bentuk yang lebih reflektif dan inspiratif. Ramadhan bukan sekadar tentang ibadah ritual, tetapi juga tentang perjalanan spiritual yang dapat diperdalam melalui pemikiran dan literasi. Buku ini mencoba menghadirkan makna-makna Ramadhan dari sudut pandang yang lebih luas, tidak hanya dalam aspek ibadah tetapi juga dalam refleksi intelektual.

Dari pengalaman ini, saya semakin yakin bahwa ilmu yang menarik akan lebih mudah diterima dan memberikan manfaat lebih luas. Mari kita terus belajar, menulis, dan mengemas ilmu dengan cara yang lebih membumi agar bisa dinikmati lebih banyak orang. Karena pada akhirnya, ilmu bukan hanya untuk disimpan di jurnal, tetapi untuk menerangi kehidupan.

Posting Komentar untuk "Isi Itu Penting, Tapi Cover Juga Penting"