![]() |
| Dzikir dan Ketenangan Hati |
Dzikir dan
Ketenangan Hati
Dzikir
merupakan amalan yang sangat istimewa dalam kehidupan seorang muslim. Kata dzikir
berasal dari bahasa Arab dzakara – yadzkuru – dzikran yang berarti
mengingat, menyebut, atau mengulang sesuatu. Secara istilah, dzikir adalah
mengingat Allah dengan hati, lisan, dan perbuatan dalam setiap keadaan. Dzikir
tidak hanya berupa ucapan di bibir, melainkan juga kesadaran hati bahwa Allah
selalu hadir mengawasi hamba-Nya.
Allah Swt.
berfirman dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 28:
“(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
Ayat ini
menegaskan bahwa ketenangan sejati tidak dapat diperoleh dari harta, jabatan,
atau kekuasaan, tetapi dari hati yang senantiasa hidup dengan dzikir kepada
Allah.
Macam-Macam
Dzikir
Dalam ajaran
Islam, dzikir memiliki berbagai bentuk. Pertama, dzikir lisan, yaitu menyebut
nama Allah dengan ucapan-ucapan yang telah diajarkan Rasulullah saw., seperti Subhanallah
(Maha Suci Allah), Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), Allahu
Akbar (Allah Maha Besar), Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan selain
Allah), Astaghfirullah (Aku memohon ampun kepada Allah), dan Allahumma
shalli ‘ala Muhammad (Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi
Muhammad).
Kedua, dzikir
hati, yakni menghadirkan kesadaran akan kebesaran dan kehadiran Allah dalam
setiap aktivitas. Dzikir hati berarti merenungi ciptaan Allah, mensyukuri
nikmat-Nya, dan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap detik kehidupan.
Ketiga, dzikir
perbuatan, yaitu bentuk dzikir yang diwujudkan dalam amal saleh. Melaksanakan
perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, menolong sesama, serta berbuat baik
kepada makhluk Allah merupakan bagian dari dzikir yang nyata.
Waktu dan
Tempat yang Dianjurkan untuk Berdzikir
Dzikir dapat
dilakukan kapan saja dan di mana saja. Namun, terdapat waktu-waktu yang
memiliki keutamaan khusus, seperti setelah shalat wajib, pada waktu sahur atau
sepertiga malam terakhir, saat pagi dan sore hari, setelah membaca Al-Qur’an,
serta ketika menghadapi kesulitan atau ujian hidup.
Allah
berfirman dalam surat Ali Imran ayat 191:
“(Yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan berbaring.”
Ayat ini
menunjukkan bahwa dzikir bukanlah amalan yang terbatas oleh waktu dan tempat.
Selama hati seseorang hadir bersama Allah, maka setiap langkah dan aktivitasnya
dapat bernilai dzikir.
Keutamaan
Dzikir
Banyak sekali
keutamaan yang dijanjikan bagi orang-orang yang senantiasa berdzikir. Pertama,
dzikir menentramkan hati. Hati manusia sering kali gelisah karena terikat oleh
urusan dunia. Namun, ketika ia mengingat Allah, hatinya menjadi lembut dan
tenteram. Kedua, dzikir menghapus dosa dan kesalahan. Rasulullah saw. bersabda:
“Barang siapa mengucapkan Subhanallah wa bihamdih seratus kali dalam
sehari, maka dihapuskan dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Selain itu,
dzikir juga menjadi pelindung dari gangguan setan, menjadi sebab turunnya
rahmat dan keberkahan, serta meninggikan derajat seseorang di sisi Allah.
Dzikir adalah amalan ringan di lisan tetapi berat dalam timbangan amal. Ia
tidak membutuhkan tempat tertentu, tidak memerlukan biaya, dan dapat dilakukan
dalam berbagai keadaan.
Adab dalam
Berdzikir
Agar dzikir
memiliki makna yang mendalam, seseorang perlu memperhatikan adab-adabnya.
Sebaiknya dalam keadaan suci dari hadas, menghadap kiblat, dan mengucapkan
dzikir dengan penuh kesadaran. Hati harus hadir, memahami makna dari setiap
lafaz yang diucapkan, serta menjauhi sikap tergesa-gesa. Dzikir yang dilakukan
dengan khusyuk dan istiqamah lebih disukai oleh Allah daripada dzikir yang
banyak tetapi tanpa kesungguhan hati.
Dzikir Pagi
dan Petang
Di antara
dzikir yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. adalah dzikir pagi dan
petang. Dzikir ini bertujuan untuk mengawali dan menutup hari dengan mengingat
Allah, memohon perlindungan, dan menguatkan iman. Dzikir yang biasa dibaca di
antaranya adalah tasbih, tahmid, takbir, serta bacaan Ayat Kursi, surat Al-Ikhlas,
Al-Falaq, dan An-Naas. Rasulullah juga menganjurkan agar membaca
“Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa
huwa ‘ala kulli syai’in qadiir” sebanyak sepuluh kali setiap pagi, sebagai
pelindung dari berbagai keburukan sepanjang hari.
Dzikir
dalam Kehidupan Sehari-hari
Seorang muslim
hendaknya menjadikan dzikir sebagai bagian dari seluruh aktivitasnya. Dzikir
tidak hanya terbatas pada tasbih di masjid, melainkan bisa hadir dalam setiap
aspek kehidupan. Belajar, bekerja, berdagang, bahkan berinteraksi dengan
keluarga dapat menjadi bentuk dzikir apabila diniatkan karena Allah. Dengan
demikian, kehidupan seorang mukmin akan selalu bernilai ibadah.
Dzikir
menghidupkan hati dan menjaga hubungan antara hamba dengan Tuhannya. Orang yang
senantiasa berdzikir akan selalu merasa diawasi oleh Allah, sehingga ia
terhindar dari perbuatan maksiat dan lebih mudah istiqamah dalam kebaikan.
Penutup
Dzikir
merupakan kunci ketenangan dan sumber kekuatan spiritual seorang muslim. Ia
menjadi penghapus dosa, pengangkat derajat, dan penghubung hati dengan Allah.
Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan
orang yang tidak berdzikir adalah seperti orang hidup dan orang mati.” (HR.
Bukhari).
Oleh karena
itu, jadikanlah dzikir sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Hiasi pagi
dengan dzikir, tenangkan hati dengan istighfar, dan akhiri hari dengan
shalawat. Siapa yang hidup dengan dzikir, maka hatinya akan hidup. Namun, siapa
yang lalai dari dzikir, maka hatinya akan gersang. Dzikir bukan sekadar ucapan,
melainkan napas ruhani yang menghidupkan jiwa.

Posting Komentar untuk "Dzikir dan Ketenangan Hati"